- DEFINISI PEMBIDAIAN
Pembidaian
adalah tindakan memfixasi / mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator
adalah tindakan memfixasi / mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator
- TUJUAN DARI PEMBIDAIAN
- Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya.
- Mencegah terjadinya pembengkakan.
- Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser.
- Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran.
- JENIS-JENIS BIDAI
Umumnya
terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan
yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2.Bidai traksi
Bidai
bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada
patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3.. Bidai improvisasi
Contoh : bidai traksi tulang paha
3.. Bidai improvisasi
Bidai
yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4.
Gendongan/Belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan
- ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN
- Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi |
a.
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu
sisi segitiga agar Beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan
kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm
b.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau
bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut,
betis dan kaki terkilir.
3. . Pita
adalah pembalut gulung
a.
Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau
bahan elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena
kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser (kendor).
b.
Macam – macam pembalut dan penggunaanya :
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung.
Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari
Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung.
4. Plester
adalah pembalut berperekat
a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester
Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester
Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester.
a. Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang
b. Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti septik
c. Cara membalut luka dengan plester
Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester
Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) : balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis – lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi dengan plester.
a. Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat pada badan
b. Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka – luka kecil.
6.Kassa
steril
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.
a. Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
b. Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.
- LANGKAH-LANGKAH PEMBIDAIAN
Membidai
dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti
pedoman umum.
- Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
- Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
- Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
- Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
- Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
- Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
- Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
- Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
- Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar. ( Cara mengechecknya dengan kemampuan pengisian kapiler dan meraba denyut nadi )
- Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah. ( artinya balutan dilakukan dari bagian bawah ke atas )
- Jangan membidai berlebihan
- Kurangi rasa sakit.
- Istirahatkan bagian yang cedera.
- Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup)
- Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.